Makna Penjor Saat Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan merupakan Hari raya kebesaran hindu dibali, Hari Galungan jatuh pada hari Buda Wage Kliwon Wuku Dungulan yang dirayakan setiap 6 bulan sekali.
Hari raya galungan diyakini oleh umat di Bali sebagai simbul kemenangan dharma melawan adharma yaitu kemenangan kebenaran melawan ketidakbenaran.
Sebelum menjalang hari raya galungan umat hindu di bali
mendirikan sebuah bambu yang melengkung dan diisi hiasan janur dan
kelengkapan yang lain yaitu penjor.
Penjor merupakan sebuah bambu yang melengkung dan di hiasi
janur yang berisi kelengkapan seperti buah, umbi- umbian,kain, padi dan
lain - lain. Penjor merupakan simbol dari naga basukih yang artinya
kemakmuran dan bambu yang melengkung melambangkan gunung yang artinya
memberi keselamatan utamanya umat hindu di Bali.
Memasang
Penjor pada saat hari raya Galungan bertujuan untuk rasa syukur atau
ungkapan terima kasih kepada sang pencipta karena di beri kemakmuran
dan di beri kekayaan alam yang melimpah.
Penjor yang di
buat pada saat hari raya Galungan maupun hari raya ke agamaan lainnya
memiliki arti filosofi dan makna yang sangat religius, penjor yang di
buat bukan semata - mata untuk hiasan atau pun untuk seni tetapi
melainkan adalah dari kelengkapan penjor tersebut.
Adapun kelengkapan penjor dan maknanya :
1. Bambu sebagai simbol kekuatan dewa Brahma.
2. Buah Kelapa sebagai simbol dewa Rudra.
3. Kain kuning dan janur sebagai simbol dewa Mahadewa.
4. Plawa atau dedaunan sebagai simbol dewa Sangkara.
5. Pala bungkah dan pala gantung sebagai simbol Dewa Wisnu.
6. Padi sebagai simbol Dewi Sri
7. Tebu sebagai simbol Dewa Sambhu.
8. Kain putih sebagai simbol Dewa Iswara.
9. Sanggah sebagai simbol dewa Siwa.
10. Banten atau upakara sebagai simbol paramasiwa dan sadasiwa.
1. Bambu sebagai simbol kekuatan dewa Brahma.
2. Buah Kelapa sebagai simbol dewa Rudra.
3. Kain kuning dan janur sebagai simbol dewa Mahadewa.
4. Plawa atau dedaunan sebagai simbol dewa Sangkara.
5. Pala bungkah dan pala gantung sebagai simbol Dewa Wisnu.
6. Padi sebagai simbol Dewi Sri
7. Tebu sebagai simbol Dewa Sambhu.
8. Kain putih sebagai simbol Dewa Iswara.
9. Sanggah sebagai simbol dewa Siwa.
10. Banten atau upakara sebagai simbol paramasiwa dan sadasiwa.
Dalam pembuatan penjor untuk upakara yang terpenting
adalah kelengkapan dan isi dari penjor tersebut namun boleh juga di isi
unsur seninya agar kelihatan lebih menarik untuk dilihat namun tidak mengurangi makna dari upakara tersebut.
Semoga bermanfaat kawan.
Comments
Post a Comment